BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah
berfirman dalam surat al-hijr ayat 94:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”
Ayat
tersebut mengandung makna bahwa allah memerintahkan pada nabi Muhammad agar
berdakwah secara terang-terangan. Dalam al-qur’an juga di jelaskan beberapa
metode dakwah dalam islam, untuk memahami bagaimana metede dakwah dalam islam
yang sebenarnya, maka penulis merasa perlu kiranya untuk menguraikan
metode-metode dakwah dalam islam yang telah tersebut dalam salah satu ayat
dalam al-qur’an.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana metode dakwah dalam islam?
2. Kepada siapa saja dakwah itu perlu di sampaikan?
3. Seperti apa sikap yang harus di terapkan dalam berdakwah?
BAB 2
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR DAKWAH DAN SIKAP ISLAM TERHADAP LAWAN
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ
ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”[1]
A. TAFSIR MUFRODAT
1. ادع الى سبيل ربك :
kata ادع tersebut menurut ibnu katsir mengandung
arti perintah allah SWT kepada nabi muhammad SAW untuk mengajak makhluk
(manusia), sedangkan kata الى سبيل ربك
mengandung arti kepada jalan rabbmu, yang dimaksud jalan tuhan tersebut
iyalah دين الإسلام (agama islam).[2]
2. با الحكمة
: menurut abil hasan kata bil hikmah tersebut mengandung dua tafsiran,
yang pertama dengan al-qur’an dan yang kedua dengan kenabian
(hadits).[3]
3. وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ : kata mauidatil hasanati mengandung
arti dan pelajaran yang baik, menurut syaikh ahmad showi kata mauidatil hasanah
tersebut mengandung arti perkataan yang baik atau nasihat yang lembut.[4]
4. وجادلهم بالتي هي أحسن
mengandung arti dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, seperti
menyeru mereka untuk menyembah allah dengan menampilkan kepada mereka tanda-tanda
kebesaran-NYA atau dengan hujjah-hujjah yang jelas.
B. MUNASABAH AYAT
Dalam ayat
yang lalu, Allah SWT menerapkan tentang nabi ibrahim as sebagai pemimpin yang
memiliki sifat-sifat mulia, penganut agama tauhid dan penegak ketauhidan.
Kemudian
Allah SWT menjelaskan perintahnya kepada nabi Muhammad saw agar mengikuti agama
Ibrahim as dengan perantaraan wahyu-Nya. Maka dalam ayat-ayat ini, Allah SWT
memberikan tuntutan kepada Nabi untuk mengajak manusia kepada agama tauhid,
agama Nabi Ibrahim, yang pribadinya diakui oleh penduduk jazirah Arab, yahudi
dan nasrani.[5]
C. TAFSIR GLOBAL
Dalam ayat ini Allah SWT memberikan pedoman-pedoman kepada rosulnya
tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Yang di maksud jalan
Allah di sini ialah agama Allah yakni syariat islam yang di turunkan kepada
nabi Muhammad SAW.
Dalam ayat ini Allah SWT meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan
bagi ummatnya di kemudian hari. Diantaranya:[6]
Pertama, Allah SWT menjelaskan kepada rosul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini
adalah dakwah untuk agama allah sebagai jalan menuju ridha ilahi. Bukanlah
dakwah untuk pribadi da’i (yang berdakwah) ataupun untuk golongannya dan
kaumnya.
Kedua, Allah SWT menjelaskan kepada rosul SAW agar dakwah itu dilakukan
dengan hikmah. Hikmah disini mengandung beberapa arti, diantaranya:
a) Berarti pengetahuan tentang rahasia dari faedah segala sesuatu. Dengan
pengetahuan itu sesuatu dapat di yakini keadaannya.
b) Berarti perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen)
untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau subhat (meragukan).
c) Arti yang lain ialah kenabian menegetahui hukum-hukum Al-qur’an, paham
Al-qur’an, paham Agama, takut kepada Allah, bnear perkataan dan perbuatan.
Artinya yang paling tepat dan dekat kepada
kebenaran ialah arti yang pertama, yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faidah
sesuatu, yang mana pengetahuan itu member manfaat.[7]
Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan
ilmu pengetahuan yang berkenan dengan rahasia, faidah dan maksud dari wahyu
ilahi, suatu pengetahuan yang cukup dari da’I, tentang suasana dan keadaan yang
meliputi mereka, pandai memilih bahan-bahan pelajaran agama yang sesuai dengan
kemampuan daya tangkap jiwa mereka sehingga mereka merasa berat dalam menerima
ajaran agama, dan pandai pula memilih cara dan gaya menyajikan bahan-bahan
pengajian itu, sehingga ummat mudah menerimanya.
Ketiga, Allah SWT menjelaskan kepada rosul agar
dakwah itu di lakukan dengan pengajaran yang baik, yang dapat di terima dengan
lembut oleh hati manusia tapi berkesan dalam hati mereka. umumnya memberikan
berita gembira dan berita peringatan dari Allah pencipta alam, misalnya firman
Allah dalam surat al-a’raaf ayat 179.
“ Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai”.
Khutbah atau pengajian yang di sampaikan dengan
bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk menjinakkan hati yang liar dan
lebih banyak memberikan ketentraman dari pada khutbah dan pengajian yang isinya
ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan. Jika pada tempat dan waktunya,
tidaklah ada jeleknya memberikan pengajaran dan pengajian yang berisikan
peringatan yang keras atu tentang hukuman-hukuman dan adzab-adzab yang di
ancamkan tuhan kepada mereka yang sengaja berbuat dosa (tarhib).
Rosulullah SAW, untuk menghindari kebosanan
dalam pengajiannya, menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan,
dengan bahan yang menimbulkan rasa takut. Dengan demikian tidak terjadi
kebosanan yang di sebabkan urutan-urutan pengajian yang berisi perintah dan
larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang
merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.[8]
Keempat, Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi
pembantahan atau perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, maka
hendaklah rosul membantah mereka dengan pembantahan yang baik
Tidaklah baik memancing lawan dalam
berdebat dengan kata yang tajam. Karna hal demikian menimbulkan suasana yang
panas. Sebaliknya hendaklah di ciptakan suasana yang nyaman dan santai sehingga
tujuan dalam perdebatan untuk mencari kebenaran itu dapat tercapai dengan hati
yang puas.
Lawan berdebat supaya di hadapi demikian
rupa sehingga dia merasa bahwa harga dirinya di hormati, dan da’I menunjukkan
bahwa tujuan yang utama ialah menemukan kebenaran agama Allah SWT.
Kelima, Allah SWT menjelaskan kepada rosul bahwa
ketentuan akhir dari segala usaha dan perjuangan itu, pada Allah SWT. Hanya
Allah SWT sendiri yang menganugrahkan iman kepada jiwa manusia, bukanlah orang
lain ataupun da’I itu sendiri. Dialah tuhan yang maha mengetahui siapa diantara
hambanya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah)
dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, hingga dia sesat, dan siapa pula
diantara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima
petunjuk atau hidayah Allah SWT.
D. PENJELASAN
Sebagian ulama’ memahami ayat di atas sebagai menjelaskan tiga macam
metode dakwah yang harus di sesuaikan dengan sasaran dakwah. Yang pertama
Kepada para cendikiawan yang memiliki pengetahuan tinggi di perintahkan
menyampaikan dakwah dengan الحكمة
(hikmah) yakni berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat
kepandaian mereka. Kedua terhadap kaum awam, diperintahkan untuk
menerapkan والمو عظة الحسنة
yakni memberikan nasihat dan perumpamaan yang menyentuh jiwa yang sesuai dengan
taraf pengetahuan mereka yang sederhana. Ketiga terhadap ahl al-kitab
dan penganut agama-agama lain yang di perintahkan adalah jidal/perdebatan
dengan cara yang terbaik yaitu dengan logika dan retorika yang halus, lepas
dari kekerasan dan umpatan.
Kata حكمة (hikmah) antara lain berarti yang paling
utama dari segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan. Dia adalah
pengetahuan atau tindakan yang bebas dari kesalahan atau kekeliruan.
Kata
المو عظة
terambil dari kata وعظ yang
berarti nasihat. Mau’idzah adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar
kepada kebaikan. Demikian di kemukakan oleh banyak ulama’. Sedangkan kata جادلهم
terambil dari kata جادال
yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra
diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang di paparkannya itu di
terima oleh semua orang maupun hanya oleh mitra bicara.
Sedangkan
jidal (perdebatan) terdiri dari tiga macam, yang buruk adalah yang
disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang
menggunakan dalih-dalih yang tidak benar. Yang baik adalah yang disampaikan
dengan sopan, serta menggunakan dali-dali atau dalih walau hanya yang di
akui oleh lawan, tetapi yang terbaik
adalah yang di sampaikan dengan baik, dan dengan argument yang benar, lagi
membungkam lawan.
Demikianlah
juga cara berdakwah Nabi Muhammad SAW, mengandung ketiga metode di atas. Metode
tersebut di terapkan kepada siapapun sesuai dengan kondisi masing-masing
sasaran.[9]
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan
sebagai berikut:
Terdapat tiga metode dakwah dalam islam, pertama: با الحكمة (dengan hikmah) yaitu al-qur’an
dan hadits; kedua: والمو عظة الحسنة (pelajaran yang baik)
atau perbuatan yang lembut; ketiga: وجادلهم بالتي ه أحسن (dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik) seperti menyeru mereka untuk menyembah allah dengan
menampilkan kepada mereka tanda-tanda kebesaran-Nya.
[1] An-nahl:125
[2] Abi al-fida’ ismail, Tafsir ibnu katsir juz 2,
(Bairut: Darul fikri, TT), 592.
[3] Abil hasan, Tafsir al-mawardi juz 3, (bairut:
Darul kitab al-ulumiyah, TT), 220.
[4] Syaikh ahmad showi, Tafsir jalalain juz 2, (Bairut:
al hidayah, TT), 333.
[5] Departemen Agama Repoblik Indonesia, Al-qur’an dan
tafsirannya, (yogjakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995), hal 500.
[6] Ibid, hal 500.
[7] Tafsir As-showi pada ayat 269 al-baqoroh, hal 114.
[8] Tafsir as-showi padda ayat 125 an-nahl.
[9] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah juz 7, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),
386-388.
Assalamu'alaikum,izin copy ya ukht,jazaakillahu khoir
BalasHapusizin copy
BalasHapusehm
BalasHapus